Rabu, 19 Juni 2013

Apakah Yang Menarik di Hutan Lindung Wehea

Apakah Yang Menarik di Hutan Lindung Wehea ?

Hutan dan Pohon, masih dapat dengan mudah ditemukan hutan primer Dipterocarpaceae dengan pohon-pohon besar dengan diameter mencapai tidak kurang 2 meter.

 Sungai dan Air  Terjun, air yang jernih dan dapat langsung diminum adalah hal yang jadi ciri khas Hutan Lindung Wehea.

 Satwaliar, masih banyak terdapat jenis khas Kalimantan, baik itu primata, burung, kucing besar dan bahkan beruang madu.

 View Point, adalah suatu lokasi dimana kita bisa melihat landscape sisi berat kawasan Hutan Lindung Wehea.

 Sepan, tidak semua kawasan di hutan Kalimantan memiliki Sepan. Sepan adalah sumber air mineral yang dibutuhkan satwaliar terutama mamalia untuk membantu proses metabolismenya. Di Sepan dengan mudah kita dapat menyaksikan kawanan satwaliar turun  ke sumber air ini untuk minum. Khususnya di saat musim kering.

Jalur-jalur Wisata, terdapat banyak jalur traking di kawasan ini baik itu jalur kering, maupun jalur basah (susuri sungai dengan berjalan kaki) yang memiliki ciri khasnya  masing-masing.

Seni  dan Budaya Wehea,satu-satunya suku di Kutai Timur yang masih mempertahankan adat dan budayanya yang diwariskan leluhur Suku Wehea. Setiap tahun pada bulan April, mereka melakukan acara Lom Plai.



















 

HUTAN LINDUNG WEHEA
 
Lokasi Baru untuk teman baru, petualangan baru, lokasi penelitian baru, dan keramahan yang berberbeda dari tempat lainnya.

Hutan Lindung Wehea adalah hutan hujan tropis yang tersisa yang masih bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor, baik kendaraan roda empat maupun roda dua.

Hutan Lindung Wehea memiliki luas 38.000 ha terletak di Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur, Indonesia.

Kawasan hutab ini memiliki ketinggiantempat dari 200 meter dpl sampai dengan 1900 meter dpl dengan tipe hutan Dipterocarpaceae dataran rendah dan sedang.

Keragaman hayati yang dimiliki Hutan Lindung Wehea sangat tinggi karena belum dieksploitasi.

Hutan Lindung Wehea menjadi kawasan yang unik, salah satunya adalah kawasan ini di kelola oleh masyaarakat adat tempatan (masyarakat asli), yaitu Suku Wehea.

Suku Wehea datang di kawasan ini tidak kurang 400 tahun yang lalu. Oleh inisiatif mereka hutan ini di pertahankan keberadaannya karena wilayah Adat Suku Wehea  saat ini mulai berkurang drastis karena kegiatan perusaan loogging, tambang batubara, perkebunan sawit dan lainnya.